Sebuah desa di selatan Italia mengeluarkan kebijakan yang memaksa orang lanjut usia di desa itu tidak pasrah menunggu mati begitu saja. Desa Sellia mewajibkan setiap manula di wilayah itu agar rajin cek kesehatan.
Alasan pemerintah setempat menjaga populasi orang tua, adalah melestarikan tradisi dan budaya desa tersebut.
"Kehidupan manusia secara alami memang sangat berharga, namun nilai sosial juga penting ada di tengah kita karena setiap orang yang meninggal membawa kita selangkah lagi pada desa yang tak berpenghuni," ungkap Wali Kota Davide Zicchinella yang membawahi Sellia kepada AFP, yang ditulis ulang France24, Jumat (15/1).
Imigrasi massal sempat melanda kawasan Sellia pada 1920-an hingga 1960-an. Para pemuda di selatan Italia menuju ke kota-kota besar di utara seperti Milan atau Genoa, atau sekalian pergi ke negara Eropa lainnya untuk bekerja. Alhasil, Desa Sellia tinggal menyisakan dua per tiga populasi di atas 60 tahun.
Dengan banyaknya yang keluar dari tempat mereka, para sesepuh yang bertahan tentunya sudah tidak produktif lagi untuk membuat populasi. Situasi semacam ini berulang sepanjang tahun di Sellia sampai sekarang.
Selama 15 tahun terakhir, jumlah penduduk hanya tinggal sekitar 500 orang di desa itu.
Sejak 2014, lantaran ada kebijakan memberikan promosi cek kesehatan untuk para sepuh, puskesmas di desa ini mulai kedatangan 'tamu' untuk berobat. Hal ini rupanya salah satu upaya pemerintah setempat untuk menambah penghasilan di wilayah tersebut.
"Sebab tak ada yang berobat, Sellia kehilangan 100,000 euro (setara Rp 1,5 M) dalam anggaran kesehatan. Alasannya karena pelayan kesehatan di klinik kurang memadai," ucap sang wali kota.
"Sebagai daerah, kita pada dasarnya serupa dengan negara terbelakang lain di Eropa, seperti Hungaria atau Bulgaria. Namun, Sellia berhasil menyelamatkan daerah ini dengan mengubah sekolah menjadi klinik kesehatan masyarakat yang bagus dan lengkap," lanjut dia.
Akibat diperbaharuinya desa itu, para lansia mau untuk mendaftarkan dirinya cek kesehatan di klinik tersebut. Pesiunan Vincenzo Rotella (79) merupakan yang pertama kali mendaftar untuk cek kesehatan di tempat yang juga bisa beralih fungsi sebagai bioskop masyarakat itu.
Selain itu, wali kota juga berjanji untuk memberikan subsidi bagi mereka yang tidak mampu agar tetap bisa mengecek kesehatannya, termasuk tes mata dan perawatan ortopedi. Wali Kota Zicchinella menambahkan warganya hanya perlu membayar sebesar 30 euro (setara Rp 456 ribu) untuk pajak tahunan. Sumber : Merdeka
Alasan pemerintah setempat menjaga populasi orang tua, adalah melestarikan tradisi dan budaya desa tersebut.
"Kehidupan manusia secara alami memang sangat berharga, namun nilai sosial juga penting ada di tengah kita karena setiap orang yang meninggal membawa kita selangkah lagi pada desa yang tak berpenghuni," ungkap Wali Kota Davide Zicchinella yang membawahi Sellia kepada AFP, yang ditulis ulang France24, Jumat (15/1).
Imigrasi massal sempat melanda kawasan Sellia pada 1920-an hingga 1960-an. Para pemuda di selatan Italia menuju ke kota-kota besar di utara seperti Milan atau Genoa, atau sekalian pergi ke negara Eropa lainnya untuk bekerja. Alhasil, Desa Sellia tinggal menyisakan dua per tiga populasi di atas 60 tahun.
Dengan banyaknya yang keluar dari tempat mereka, para sesepuh yang bertahan tentunya sudah tidak produktif lagi untuk membuat populasi. Situasi semacam ini berulang sepanjang tahun di Sellia sampai sekarang.
Selama 15 tahun terakhir, jumlah penduduk hanya tinggal sekitar 500 orang di desa itu.
Sejak 2014, lantaran ada kebijakan memberikan promosi cek kesehatan untuk para sepuh, puskesmas di desa ini mulai kedatangan 'tamu' untuk berobat. Hal ini rupanya salah satu upaya pemerintah setempat untuk menambah penghasilan di wilayah tersebut.
"Sebab tak ada yang berobat, Sellia kehilangan 100,000 euro (setara Rp 1,5 M) dalam anggaran kesehatan. Alasannya karena pelayan kesehatan di klinik kurang memadai," ucap sang wali kota.
"Sebagai daerah, kita pada dasarnya serupa dengan negara terbelakang lain di Eropa, seperti Hungaria atau Bulgaria. Namun, Sellia berhasil menyelamatkan daerah ini dengan mengubah sekolah menjadi klinik kesehatan masyarakat yang bagus dan lengkap," lanjut dia.
Akibat diperbaharuinya desa itu, para lansia mau untuk mendaftarkan dirinya cek kesehatan di klinik tersebut. Pesiunan Vincenzo Rotella (79) merupakan yang pertama kali mendaftar untuk cek kesehatan di tempat yang juga bisa beralih fungsi sebagai bioskop masyarakat itu.
Selain itu, wali kota juga berjanji untuk memberikan subsidi bagi mereka yang tidak mampu agar tetap bisa mengecek kesehatannya, termasuk tes mata dan perawatan ortopedi. Wali Kota Zicchinella menambahkan warganya hanya perlu membayar sebesar 30 euro (setara Rp 456 ribu) untuk pajak tahunan. Sumber : Merdeka
0 komentar:
Post a Comment